top of page

Us : Dualisme Kembaran Diri dan Teror Menuntut Balas

Writer's picture: tiga skstiga sks



Nyata, namun tak tersentuh. Serupa, tapi tak sama. Mereka adalah kita.


Kita sering bertanya, seperti apa sih rasanya bertemu dengan orang yang identik mirip dengan kita? Mitosnya, setiap dari kita punya 7 kembaran yang tersebar di seluruh dunia. Rasa penasaran pasti ada untuk tahu seperti apa melihat rupa kita di diri orang lain, karena merefleksi diri sendiri melalui cermin datar dua dimensi tentu tidak memberikan pengalaman yang berarti. Jordan Peele membawa premis unik mengenai doppelganger atau kembaran diri dalam film thriller terbarunya yang berjudul “Us”. Sensibilitas Peele tentang konsep doppelganger digarap dengan apik melalui pengalaman audio visual penuh nuansa kelam yang intens dan sanggup membuat siapapun mengurungkan niat untuk bertemu dengan “kembaran”nya di belahan dunia yang lain.



Dengan menggaet Lupita Nyong’o dan Winston Duke sebagai lakon utamanya, Us mengisahkan perjalanan liburan musim panas yang malah berujung pada ancaman berdarah dan pertaruhan nyawa. Film dibuka dengan berlatar tahun 1986, di mana Adelaide kecil (yang diperankan oleh Lupita Nyong’o) tengah berada di Santa Cruz untuk menikmati musim panas. Berbagai macam permainan ala pasar malam tersebar di pesisir pantai, namun ada satu yang menarik perhatian Adelaide; area ramalan. “Tersesat” di area ramalan yang gelap dan memiliki banyak sisi cermin menjadi pengalaman traumatik tersendiri baginya, terlebih ketika ia mengalami satu kejadian yang mengubah kehidupannya untuk waktu yang lama. Potongan fragmen pembuka dari film Us adalah salah satu pengalaman sinematik yang memanjakan mata dalam rangkaian keseluruhannya, ketika penonton dimanjakan dengan tone warna retro yang bold seperti warna-warna dari spektrum merah, biru, kuning, namun di sisi lain juga secara psikologis penonton tengah dilatih untuk “pemanasan” jantung melalui adegan yang cukup intense. Adegan pembuka dari film Us bisa dibilang adalah “kunci” menuju teka-teki yang garis besar film mengenai apa, kenapa, dan bagaimana, yang akan dijawab di bagian ending dari film ini.


Cerita bergerak maju pada kisah hari ini, di mana penonton dibawa bersama perjalanan road trip Adelaide dan suami serta kedua anaknya berlibur ke rumah musim panas mereka di Santa Cruz. Layaknya film bertemakan horor atau thriller, adegan awal pengenalan karakter mengalir dengan santai pada tensi yang rendah. Adalah Gabe, suami Adelaide yang cenderung serampangan dan bodo amat, Zora yang cuek, dan Jason sebagai si bungsu yang gemar melatih trik sulapnya. Semua diramu dengan santai dan hangat seperti nuansa liburan musim panas yang dibangun sebagai latar situasinya. Penonton kemudian dikenalkan dengan keluarga Josh dan Kitty yang juga mengambil peran dalam keseluruhan film Us. Pergi ke pantai Santa Cruz membangkitkan trauma yang terjadi pada Adelaide puluhan tahun lalu. Terlebih ketika ia menyadari banyak pertanda yang terasa janggal secara tidak sengaja ditemui di jalanan, di rumah, hingga di pantai. Malam pun tiba dan emosi penonton mulai dibawa naik secara perlahan, membawa kita mengikuti aksi teror yang dialami oleh keluarga Adelaide. Scene ini menjadi awal peralihan mood film, di mana tekanan dan kengerian yang intense mulai terasa sejak kemunculan sang doppelganger atau the tethered keluarga Adelaide.

Kengerian muncul berbalut dark comedy, utamanya ketika keluarga Adelaide diberi pemahaman tentang agenda dari kehadiran kembaran diri mereka; pembalasan dendam atas apa yang selama ini mereka rasakan sebagai the tethered. Penonton disuguhkan adanya perbedaan yang signifikan antara tokoh nyata dengan kembarannya, di mana kita tahu bahwa konsep dualisme yang coba diangkat melalui film Us adalah isu utama dari rangkaian teror yang dilakukan oleh kembaran diri kita sendiri. Jordan Peele membawa perspektif kehidupan kembaran diri kita yang memiliki rupa yang identik namun dengan karakteristik sifat yang berbeda.


Dalam hal ini, kembaran atau doppelganger diri kita menuntut adanya kesetaraan karena lelah hidup sebagai bayang-bayang. Nyata, namun tak tersentuh. Serupa, tapi tak sama. Mereka adalah kita. Seperti itu narasi yang sekiranya ingin ditampilkan dalam film Us. Pembalasan dendam bagi the tethered adalah mutlak. Agendanya sudah jelas: genosida, pemusnahan bagi ‘manusia nyata’. Nuansa kengerian kental terasa, dibawa gamblang oleh the tethered yang bisa dibilang cukup brutal dan tak kenal ampun. Teror berdarah dan aksi pembunuhan diracik dengan cerdas oleh Peele dengan kadar gore yang tidak terlampau sadis, sehingga film ini masih bisa dinikmati dengan nyaman dan aman bagi penonton yang tidak terlalu menyukai adegan berdarah-darah. Identitas the tethered alias sang kembaran menjadi hal yang ikonik sepanjang film; mereka membawa gunting sebagai alat eksekusi pembalasan dendam.


Bagi Peele, adanya gunting sebagai simbolisme membawa penonton pada pemahaman yang ditafsirkan secara berbeda-beda mengenai adanya dualisme dalam kehidupan kita. Dua sisi gunting yang utuh namun sebenarnya terpisah sedikit banyak merepresentasikan antara hidup manusia dengan the tehtered-nya, memisahkan antara realitas dan sisi lain dari diri kita yang saling terhubung seperti layaknya sebuah kesatuan.

Melewati separuh durasi film, penonton akan “dipaksa” keluar dari pemikiran kategoris bahwa genre horor dan thriller akan selamanya berisikan adegan menakutkan dengan berbagai macam jump scare. Yang terjadi dalam Us, bisa dibilang adalah peniadaan dikotomi bagi karakteristik genre film karena memadukan kengerian ala thriller dan horor dengan komedi yang cukup kental terasa. Unsur dark-comedy menjadi pencuri adegan yang sangat brilian, di mana pada adegan-adegan yang begitu intens justru di satu sisi mengundang gelak tawa. Antara tertawa “hahaha” secara lepas, atau justru “HAHAHA” dengan nada yang satir sembari mengernyitkan kening. Perubahan emosi yang begitu cepat dalam film membuat kita merasa depressing dan frustating; but in a good way. Paduan yang pas pada momen-momennya, tidak berlebihan dan ditempatkan dalam porsi yang pas antara darah, teror, pembunuhan, dan celetukan “bodoh” yang dilontarkan oleh Gabe. Penonton dibawa bertanya-tanya “Ini film ngeri atau lawak sih?!”

Begitu banyak interpretasi dari penonton mengenai film Us, dengan berbagai macam teori dan melihat film ini sebagai metafora atau alat untuk merefleksi berbagai macam isu yang terjadi di Amerika. Terlepas dari itu semua, Us masih cocok untuk sekedar dinikmati secara santai.


Film ini adalah salah satu produk sinema dari Jordan Peele dan Monkeypaw Productions yang layak untuk diapresiasi. Akting spektakuler dari Lupita Nyong’o terasa nyata, mampu membawa kengerian absolut dan rasa tak nyaman hanya dengan melihat ekspresi dan mimik perannya. Adegan konfrontasi antara ia dengan tethered-nya yang meaningful akan meninggalkan banyak pertanyaan dan membuka keinginan untuk berdiskusi bagi kita usai menontonnya. Winston Duke akan banyak membuat kita tertawa sekaligus jengkel atas aksinya yang memecah kengerian menjadi tawa. Hal lain yang patut diapresiasi adalah pemilihan lagu sebagai latar adegannya, begitu unik dan bisa dengan mudah dinikmati oleh siapa saja di tengah segala chaos berdarah yang sedang terjadi. Berbeda dengan horor dan thriller kebanyakan yang kental dengan suara-suara yang ‘mengagetkan’, Us justru hadir sebagai anomali dengan memutarkan beberapa tune hip-hop lintas dekade dari 70s hingga 90s. Jangan terlena ketika konflik cerita sudah mereda, karena Jordan Peele menggenapkan akhir kisah Us dengan sebuah twist yang mengacaukan pikiran kita; a bit predictable but still frustating!


 


RATING : 11:11 / 10


Ditulis dengan subjektif oleh

Tigasks,


Segarnyaesteh.



Namanya juga review suka-suka...






25 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Join my mailing list

  • SoundCloud Social Icon
  • Twitter Social Icon
  • Instagram Social Icon
  • YouTube Social  Icon
bottom of page