top of page
  • Writer's picturetiga sks

Four Horsemen of Relationship Apocalypse: 4 Tanda Bahaya yang Harus Diwaspadai dalam Hubungan.


Ilustrasi oleh: Gibs

Setelah beberapa kali mendengarkan curhatan teman seputar keluhan dalam percintaan, pasti jawaban paling mudah adalah suruhan untuk mereka menyudahi nya. Namun, 'batu' sekali, mereka pasti akan tetap melanjutkan sampai entah kapan. Se hilangnya kesabaran mereka mungkin ya?

Memang benar, percuma kasih nasihat orang yang kasmaran karena yang tidak mungkin bakalan berasa jadi mungkin, yang tidak masuk akal bisa menjadi logis sampai buta mereka sebenarnya sedang berada di situasi toxic itu sendiri.


Menurut John M. Gottman ada 4 tanda bahaya yang dapat membuat hubungan berakhir dengan tragis. Masa - masa indah nan romantis akan hilang dan lenyap begitu aja dan akan berubah jadi sangat menyakitkan dikarenakan hal-hal berikut ini. Dan saya pribadi, laki-laki berumur 22,5 tahun kebetulan sudah pernah yang namanya merasakan hubungan sendiri diacak - acak sama the so-called Four Horsemen ini setelah melewati fase Relationship Apocalypse, berakhir kandas sia - sia. Hadeh.


Ayo, check this out, lihat dulu apakah hubungan kalian termasuk~


1. Defensiveness

Disini adalah saat dimana pasangan menganggap kita hanyalah suatu sumber dari segala masalah. Dan lebih buruknya lagi, pasanganmu menganggap dirinya sendiri tidak berkontribusi terhadap masalah / konflik yang terjadi didalam hubungan kalian berdua. Yang dimaksud disini yaitu ketika pasangan hanya bisa ngomel, marah, dan menuduh dengan membabi buta tanpa adanya alasan dan sumber permasalahan yang jelas. Mau bagaimanapun kita mencoba untuk menjelaskan, kalimat kita tidak akan ber efek dengan mood dan presepsinya yang sudah menganggap kita ini sebagai sumber dari segala sumber masalah.

Terus, gimana dong

Sebisa mungkin kita tetap memberikan penjelasan yang sangat logis ke pasangan, coba beri masukan dan utarakan pendapat secara baik-baik, perlahan buka pikiran dan perasaan nya yang sudah tertutup awan gelap yang membuat diri sendiri sebagai manusia sumber masalah.

Kalau sudah diomongin tapi tetap bebal?

Yaudah, berdoa saja sama Tuhan kalau pasanganmu nanti masih bisa dibukakan mata hati dan pikirannya lagi. Berharap setan yang ada di dalam tubuhnya bisa keluar. Sembari berdoa dan memohon, kita pun juga harus lebih mempersiapkan diri untuk menerima segala konsekuensi didepan yang mungkin akan ngebuat pasangan akan makin menggila lagi sikapnya.


2. Kritik Konstan

Jika pasangan memberikan kritik masalah perilaku dan kebiasaan dan dibarengi dengan solusi / saran mungkin itu kritik yang baik dengan tujuan untuk koreksi diri.

Tetapi, jika kritik yang ditunjukan kepada individu nya langsung, konstan, dan tanpa adanya apresiasi maka ini bukan lagi kritik, tetapi lebih ke menjatuhkan pasangan dari segi mental, ataupun perasaan.

Ketika pasangan berniat menjatuhkan, dia sedang mencari siapa yang salah dan siapa yang benar yang mana sudah sangat jelas lagi dialah orang yang paling benar, dan kita? Jelas juga jadi orang yang paling salah. Kalau udah di posisi seperti ini, memang pasangan bertujuan untuk menjadi yang lebih superior dibandingkan diri kita sendiri. Dia yang ingin memegang kendali hubungan kalian entah mau di apa kan, di kemana kan dan pada akhirnya disudahi atau tidak, nah sedangkan kita? Hanya menjadi budak cinta didalam hubungan yang sudah mau karam karena masih terikat yang namanya rasa “sayang” dan “cinta” dimana otomatis menutup logika sendiri bahwa kit sudah dijajah habis dengan perkataan, perilaku, dan siksaan yang selama ini udah jadi konsumsi utama diri sendiri.


3. Sikap Merendahkan

Kalimat invalidasi, suatu tindakan ketidakpercayaan, dan menganggap pasangan kita sendiri sudah tidak lagi capable. Tetapi, dari semua sikap yang seolah - olah merendahkan satu pasangan, ada suatu sikap yang mungkin lebih sakit jika dirasakan yaitu sebuah senyuman sinis, bola mata berputar keatas, menarik nafas panjang, sembari mengeluarkan suara yang hanya berbunyi “hmm”.

Itu merupakan suatu sikap yang memang hanya bisa kita terima tanpa harus adanya perlawanan, atau percobaan untuk memperbaiki apapun karena memang sekeras apapun usaha kita, agaknya ya akan tetap percuma saja dimata mereka. Di tahap ini sudah muncul perasaan - perasaan dan perilaku - perilaku gelap yang ditunjukan agar membuat presepsi dirinya sendiri terlihat buruk dimata orang-orang dan terutama dimata pasanganya sendiri yang sudah ingin segera ia singkirkan.


4. Stone - wailing.

Karena sudah ada kritik negatif, defensiveness, dan sikap merendahkan, pada akhirnya output yang dihasilkan pasangan dalah berubah menjadi tidak perduli lagi. Sudah benar - benar tidak ingin melanjutkan hubungan yang memang sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Dan pada masa ini, pasangan akan mengambil tindakan untuk menjaga jarak dan sebisa mungkin menghindar. Tidak bertemu agar tidak lagi muncul perasaan tersakiti untuk dirinya sendiri.

Bukan untuk kita lho ya, karena peduli saja sudah tidak, gimana mau memikirkan kita tersakiti atau tidaknya?

Dan disini juga cinta dari pasangan sudah lenyap, hilang, tidak bersisa sama sekali karena jika memang pasangan kita udah gak ada perasaan cinta lagi sama kita mereka bukan malah membenci, tapi akan tidak peduli. Karena lawan dari cinta bukanlah benci, tapi sikap untuk tidak peduli lagi.

Bagaimanapun kita berusaha dan sampai memaksa untuk mencoba bertemu mau menyelesaikan masalah, dia tetep akan bebal dan tidak akan mau bertemu. karena memang sikap ketidak pedulian itu memunculkan perasaan tidak ingin diganggu, tidak ingin bertemu, dan sudah tidak ingin berurusan dengan diri kita lagi karena dari semua hal itu akan memunculkan perasaan tersakiti, kurang enak dihati, dan pusing dibagian kepala untuk pasangan kita karena akan teringat kisah cinta yang bahkan sudah tidak ingin diingatnya lagi.

Jika hal-hal diatas berlangsung lama dan terus-menerus, sentimen negatif akan melampaui segala pengalaman indah dan positif. Level kebahagiaan hubungan akan menurun drastis, bahkan akan sangat terasa menyakitkan.

Hubungan akan berada dimasa-masa dimana sifat mengabaikan sudah mengambil alih, dan pada akhirnya kalian berdua sudah berada di hubungan yang bahkan sudah tidak semestinya,

Pada masa-masa ini merupakan waktu yang tepat untuk terjadinya suatu perselingkuhan karena kedua pasangan akan merasa kesepian, butuh teman untuk sekedar diajak ngobrol mengeluarkan isi hati, dukungan, dan tentunya butuh perhatian.


Menurut John M. Gottman suatu perselingkuhan terjadi karena akibat matinya suatu hubungan, bukan dikarenakan sebab.

Dengan kata lain, perselingkuhan adalah suatu efek yang dihasilkan dari semua tanda - tanda dan sikap - sikap kehancuran di dalam suatu hubungan, bukan suatu sebab hancurnya suatu hubungan. Hancur dulu baru selingkuh, bukan selingkuh dulu baru hancur.


Lantas bagaimana jika sudah terjebak di hubungan yang sudah tidak sehat seperti ini?

Sebenarnya jika masih ada waktu dari diri dan pasangan untuk sama-sama berniat memperbaiki hubungan kalian, yang harus kalian lakukan adalah sama - sama introspeksi diri. Saling memberi masukan lagi untuk sama - sama membangun dan menciptakan lagi apa yang namanya itu “prinsip pertemanan dalam hubungan berpacaran” dimana pasangan bisa mempertahankan sikap saling menghormati satu sama lain dan menikmati momen - momen indah kebersamaan, karena pada dasarnya suatu hubungan adalah cara untuk berbagi makna dan rasa, yang mana didalamnya tiap pasangan pasti mempunyai impian dan harapan yang juga akan di nikmati, dibagi, dan akan dijalani bersama.


Tetapi, jika sudah tidak bisa diselamatkan lantas bagaimana?

Disini kita harus liat juga apakah hubunganitu belum, sedang, atau sudah menuju ke arah yang keliru. Jika diri kalian masing-masing terus mengorbankan kehidupan kalian sendiri untuk orang yang bahkan sudah tidak ingin bersatu lagi, karena sejatinya hubungan sehat ditunjukan dengan adanya keseimbangan peran pasangan dalam berelasi (berhubungan).


Benang merahnya adalah, jika suatu hubungan bisa diubah dan diperbaiki maka maafkan dan berubahlah, baik itu memaafkan dan merubah diri sendiri agar lebih baik, maupun memaafkan dan merubah sikap pasangan kita agar terbawa juga menjadi lebih baik dan akhirnya bisa menciptakan suatu hubungan yang sehat, indah, bahagia, dan adanya suatu prinsip berhubungan yang lebih baik lagi tentunya.

Namun, jika suatu hubungan sudah tidak bisa lagi diubah dan diperbaiki maka maafkan dan terima.


Suatu hubungan yang kandas pasti memiliki peran salah dari kedua belah pihak maka dari itu maafkan diri sendiri dan juga pasangan (atau mantan), dan pada akhirnya dari sifat memaafkan akan muncul sikap untuk menerima dan mengikhlaskan agar di masa mendatang dapat sama - sama terjun kembali di dalam suatu hubungan dengan mengantongi pengalaman berharga agar tidak terulang lagi dan bisa menjadi manusia serta pasangan yang lebih baik juga.


Tigasks,

Diaz Ananda


 

.... Nafas akan melega dengan sepasang paru – paru yang tak dibagi.

Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali.

Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah.

Jadi, jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat.

Janganlah saling membendung apabila tak ingin saling tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat. Karena aku ingin seiring, dan bukan digiring.

- Dee Lestari (Spasi, 1998)


 

Ditulis oleh: Diaz Ananda

Diedit oleh: Siti Rubiyah

197 views0 comments

Recent Posts

See All

Comentarios


bottom of page