top of page
  • Writer's picturetiga sks

Elephant Kind Mencoba Jadi Yang Terbaik Lewat Album Keduanya “The Greatest Ever”


by: yudawira

Mari kita bertanya musisi atau band mana yang berani menamakan album keduanya ‘The Greatest Ever’? Agak terdengar pretensius atau mungkin sombong, tetapi saya yakin bahwa band yang sekarang digawangi oleh Bam Mastro, Bayu Adisapoetra, dan Kevin Septanto bukan tanpa alasan memberi judul album tersebut.


Seperti yang saya bilang, ini album penuh kedua dari Elephant Kind setelah pada tahun 2016 merilis album debut berjudul ‘City J’. Tiga tahun berselang, ada perubahan di tubuh Elephant Kind. Keluarnya Dewa Pratama dan masuknya Kevin memberikan warna musikalitas yang baru. Saya yang telah mengikuti band ini dari EP pertama mereka yaitu, ‘Scenarios: A Short Film by Elephant Kind’ membuat saya berpikir ini adalah hal yang bagus. Kocokan bass Kevin menjadikan saya merasakan nostalgia ketika John Paul Patton masih menjadi bassist Elephant Kind, sebelum ia fokus menjadi frontman Kelompok Penerbang Roket.


Album yang dirilis 13 Maret 2019 ini, menurut saya, strukturnya aneh karena saya merasa ini seperti bukan album konsep, tidak seperti Elephant Kind biasanya. Sepertinya mereka memiliki pendekatan baru untuk para pendengarnya. Penulisan lirik oleh Bam lebih jujur dan lebih dalam seakan-akan ia ada di titik terlemahnya, jika kamu tahu apa dan siapa yang ia bicarakan di setiap lagunya. Seperti biasanya, hentakan drum Bayu masih menohok tanpa terlihat cengeng seperti rilisan sebelumnya. Ditambah kocokan bass Kevin yang selalu bisa membuat saya menganggukan kepala. Secara produksi, album ini dibantu oleh Lee Budle yang merupakan guru dari Bam sewaktu kuliah di Australia, sekaligus ekspertis musik yang pernah menangani produksi atas nama-nama besar, seperti Kelly Clarkson hingga Justin Bieber.

Dibuka oleh ‘One’, yang tentu membuat saya ingin goyang. Liriknya sedih, tapi instrumentasinya bikin saya semangat. Seperti ada influence Vampire Weekend disitu. Dilanjut nomor kedua ‘Pleaser’, yang juga menjadi single ke-2 album ini. Petikan gitar Bam di menit-menit awal serasa seperti saya sedang berjalan di sebuah lorong dan tiba-tiba dikejutkan oleh ramainya pukulan drum Bayu dan jangly-nya permainan bass Kevin. Nomor ketiga adalah ‘I Believe In You’, awalnya saya mengira ini adalah lagu romansa biasa, namun ternyata ini adalah semacam tribute untuk Dewa yang memutuskan untuk keluar dari Elephant Kind sebelum The Greatest Ever dirilis.


‘Jim Halpert’, nomor keempat album ini adalah tembang patah hati karena cinta bertepuk sebelah tangan. ‘Maccas’ bercerita tentang, uhuk, making love yang dikemas secara tidak biasa. Lalu ada ‘Sour’ yang juga didapuk sebelumnya sebagai single pertama TGE. Petikan gitar akustik ditambah ambience-ambience yang jarang saya dengarkan dari Elephant Kind, not to mention suara falsetto Bam yang membius. Nomor ke-7 sekaligus nomor favorit saya, ‘Watermelon Ham’ adalah lagu yang paripurna. Membuat saya berpikir ini Elephant Kind di titik terbaiknya. Pukulan drum yang dahsyat ditambah hook dari Bam yang catchy.

Nomor ke-8 dibuka oleh permainan piano yang magis dan ditutup dengan loop drum yang catchy membuat ‘Feels’ adalah tipe R&B ballad yang mampu membuatmu menangis. This is Bam at its most vulnerable. Lalu dibuat semangat lagi oleh ‘Better Days’ yang juga mengundang Heidi (The Girl With The Hair) untuk turut menyumbang suara. Tipe lagu penyemangat yang mencoba membuat kita untuk lebih optimis. Nomor terakhir yaitu, ‘Lights Up’ mengingatkan kita untuk selalu kritis dan reflektif. Penutup album yang sangat pas setelah perasaan kita terombang-ambing selama mendengarkan album ini.


Overall, album ini walaupun tak terkonsep terasa seperti kulminasi dari semua rilisan yang telah dirilis oleh Elephant Kind, namun ke arah yang lebih downbeat dan minor. Ada sensibilitas EP pertama dan kedua, ditambah arogansi dan semangat album debut mereka. Menyoal paragraf pertama, saya sadar akhirnya bahwa album ini mengajarkan untuk jangan hanya menjadi yang terbaik, tapi menjadi yang terbaik untuk selamanya atau dengan kata lain, be The Greatest Ever.



Album ‘The Greatest Ever’ bisa diperdengarkan di seluruh streaming platform favorit.

Rating: 8.8/10

Trek favorit: ‘I Believe In You’, ‘Maccas’, ‘Watermelon Ham’ & ‘Feels’


Ditulis oleh: Tiad Hilm.

81 views0 comments

Commentaires


bottom of page