top of page
  • Writer's picturetiga sks

Cita – Cita Cinta Dipatah Agama

Artwork by: Telur Biasa X Farhab

Cita – cita cinta dipatah keluarga

Ketika norma peradatan terpilih sebagai alasan

Semua berkata mimpi sewajarnya

Beginilah penggalan lirik lagu Hindia “Jam Makan Siang” yang bisa dibilang cukup relate dengan kehidupan kisah cinta anak muda akhir – akhir ini. Dalam usia yang masih muda ini, kita sedang berada di fase saling mencari dan menemukan. Ketika dua insan manusia beda kelamin dipertemukan dalam lingkup pertemanan, sosial media, aplikasi kencan, atau bahkan kondisi yang dipaksakan, kadang akan muncul rasa. Rasa yang muncul akan beraneka ragam, salah satunya adalah ketertarikan satu dengan yang lainnya. Dan dari rasa tertarik yang muncul akan berujung pada sebuah cerita cinta seperti contohnya pacaran.

Pada dasarnya, definisi pacaran sendiri adalah sebuah proses untuk mengenal pasangan kita lebih dalam, baik dari segi keluarga, sifat yang belum diketahui, kebiasaan aneh yang belum terdeteksi, dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan. Akan tetapi, dalam proses pacaran ini kadang akan ada campur tangan orang tua bahkan keluarga ketika kita berusaha terbuka pada mereka. Tidak menutup kemungkinan akan ada penolakan – penolakan baik yang bercanda maupun serius, salah satunya adalah karena beda “jaringan”.


Ketika dua manusia ini berada pada “jaringan” yang sama akan terasa mulus-mulus saja layaknya Jalan Raya Anyer-Panarukan yang dibangun sejak masa pemerintahan Daendels. Akan tetapi, bagaimana jika dua manusia ini berada pada “jaringan” yang berbeda? Bentuk kebimbangan semacam ini sedang banyak terjadi ketika seseorang terlibat dalam hubungan yang berbeda “jaringan”. Jika kita lihat dengan logika, seseorang jatuh cinta biasanya karena hal menarik yang dimiliki, bentuk perhatian, dan bukan melihat apa agamamu, apa kepercayaanmu, siapa Tuhanmu, bukan?


Solusi dari bentuk kebimbangan ini adalah nikmati saja prosesnya. Jaga, rawat, dan sayangi apa yang sudah menjadi pilihan dan yang dimiliki seperti layaknya tulisan di sekitar tumbuhan di taman. Meskipun sudah diketahui apa yang dimiliki saat ini hanya bersifat sementara dan tidak selamanya kecuali memang kedua pihak memiliki keinginan menuju fase yang serius.


Nikmati saja ketika ditengah jalan akan ada kalimat lucu yang menjadi penghias hubungan berbeda ini, seperti:

“Nanti kalau aku nikah bawain aku bunga kapas ya.”, ketika memang bisa dipastikan tidak akan berada dalam satu pelaminan.

“Aku mencintaimu meski tasbih di jemarimu, berbeda dengan salib di leherku.”

“Sayang, aku pengen maem bakso.” “Maaf aku gabisa makan itu.”

“Sayang, pengen mie sumatra yang ada babinya deh.” “Aku gaboleh makan itu.”


Selain dalam hubungan pacaran, problema seperti ini muncul juga ketika kita dekat dengan seorang yang berbeda. Ketika sudah dekat, akrab, yakin bisa memiliki, jujur bahwa satu dan yang lain memiliki rasa dan harus berhenti sebelum jauh karena satu pihak tidak yakin akan cinta beda “jaringan” ini. Terucap di bibir “yasudah gapapa” akan tetapi dalam hati, “LOSSSSSS!!!” Penyelesaian yang memang memungkinkan ya tinggalkan, buang rasa yang pernah ada, karena dari sini kita bisa melihat bahwa pihak yang pesimis ini memang tidak siap akan kemungkinan yang ada.


Mungkin sebuah quote ini bisa mengingatkan kita:

Pacaran, lucu-lucuan, hepi hepi ya saiki, urusan rabi pikir keri.” -Anonim.


Tigasks,

Telur Biasa.

122 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page